Diary klub membaca anak; drama anak-anak (terinspirasi dari The Wizard Of Oz).
Sabtu, 11 April 2015. Tulisan anak-anak pada pertemuan sebelumnya tentang diri mereka sendiri saya olah menjadi naskah di bawah ini,
Narrator: satu kisah di negeri blakatak blukutuk terdapat seorang gadis kecil yang bernama Dini. Ia tinggal bersama ayah dan ibu nya, Naufal dan Zahra.
(Dini berlari secepat mungkin menuju ke arah rumahnya sambil membawa boneka kesayangannya.)
Adegan 1
Dini: “Ayah, Ibu.” (Dini berteriak) “kenapa Novi selalu ingin merebut apa yang aku punya? Ibu, lihat apa yang dia perbuat pada Toto (boneka)”, (Dini menunjukkan boneka itu pada Ibunya)
Zahra sedang sibuk menghitung kue buatannya: “Dini, tolong, Ibu sedang menghitung.”
(Dini berlari ke arah ayahnya.)
Dini: “Ayah, lihat, apa yang diperbuat Novi pada boneka ini. Lihat, Ayah! (Dini menunjukkan boneka)
Naufal: “Dini, tolong, jangan ganggu kami. Kamu merusak konsentrasi kami!”
Dini: “Ok.”
(Dini meninggalkan ayah dan ibunya dan berjalan menuju Bintang, Raka, dan Danendra yang juga sedang sibuk bekerja.)
Dini: “Hey, kalian lihat bonekaku. Novi tak berhenti menggangguku”
Danendra: “Sorry, Din, aku masih banyak kerjaan.”
Raka: “Sorry.”
(Danendra dan Raka pergi.)
Bintang: “Emangnya kamu gak punya otak?”
Dini: “siapa yang gak punya otak? Aku punya otak.”
Bintang: “Ya terus kenapa gak dipake. Seharusnya kamu gak usah ngedeketin atau berteman sama orang kayak gitu.”
(Denendra dan Raka datang lagi.)
Danendra: “Denger Din, lain kali kamu gak perlu dengerin atau mendekati dia.”
Dini: “Dia yang selalu menggangguku.”
Raka: “Kamu takut sama dia?” berani dikit dong!”
Dini: “Aku nggak takut sama dia.”
Raka: “Kalo gitu gak usah peduliin dia. Itu yang aku lakuin ketika orang-orang mengatakan aku gendut.”
Adegan 2
Dini: “Bu, kenapa sih selalu ada orang seperti itu? Kenapa dalam hidup ini selalu ada masalah?”
Zahra: “Masalah akan selalu ada selama kita hidup.”
Dini: “di manapun?”
Naufal: “Coba kamu cari di mana tempat yang tidak ada masalah!”
Dini: “Tempat di mana tidak ada masalah pasti ada. Di mana tidak ada yang bisa menjangkaunya. Tempat yang sangat jauh. (menatap ke langit) di balik bulan, di balik hujan, di balik pelangi. Aku ingin menjadi burung supaya bisa mencapai tempat itu.
(Dini membaca buku dan ia mengantuk. Kemudian tertidur.)
Adegan 3
Narrator: Dini membawa boneka kesayangannya dan mendapati dirinya berada di tempat yang sangat indah bersama dua sahabatnya, Kenanga dan Tiara.
Tiara: “Wow… Tempat ini indah sekali.”
Kenanga: “Di mana kita?”
Dini: “Kita pasti ada di balik pelangi.”
Kemudian datang seorang peri (Bunga)
Bunga: “siapa kamu? Penyihir baik atau penyihir jahat?”
Dini: “Aku bukan penyihir. Aku Dini dan ini boneka kesayanganku, Toto, juga teman-temanku.”
Tiara: “Penyihir itu wajahnya tua dan jelek.”
(Penyihir jahat datang (Novi).)
Novi: “ hihihihihhi hihihihii hahahahhah…..”
Dini, Kenanga, dan Tiara: “HAH Novi….”
Novi: “Siapa Novi? Aku adalah penyihir dari Timur… hahahhahhha. Siapa yang melukai adikku? Kamu ya?” (mendekati Dini)
(Dini ketakutan.)
Bunga: “Hey, pergilah penyihir jelek.”
Novi: “Aku akan selalu menggangumu, gadis manis. Aku akan datang sesuka ku. Aku akan mengambil boneka kesayanganmu. hhahhhhhahhhh..”
(Novi pergi / menghilang.)
Dini: “Peri, aku takut. Aku ingin pulang.”
Kenanga: “gak ada yang perlu ditakutin Din. Tempat ini indah sekali.”
Tiara: “aku ingin menjadi ratu di tempat ini.”
Bunga: “Untuk keluar dari sini kamu harus bertemu dengan Sang Bijaksana (Irsyad). Hanya dia yang tau caranya.
Dini: “Gimana caranya aku bertemu dengannya?”
Bunga: “Kamu hanya harus mengikuti garis ungu ini.”
Adegan 4
Narrator: Dini, Kenanga, Tiara berjalan mengikuti garis ungu sebagai petunjuk jalannya untuk bertemu sang bijaksana. Lalu mereka menemukan 2 garis ungu di hadapan mereka.
Kenanga: “Jalan mana yang harus kita ambil?”
Iqbal (manusia orang-orangan sawah): “arah kanan.”
Dini: “Siapa yang bicara? Aku tak melihat siapa pun di sini.”
Iqbal: “di sebelah sini.”
Kenanga: “kamu?” (melihat ke arah orang-orangan sawah). Berdasarkan apa kamu memilih kanan? Kamu asal mengatakan itu atau kamu tahu sebenarnya?”
Iqbal: “Aku hanya asal mengatakannya. Karena aku tak punya otak… aku ini hanya orang-orangan sawah… hhiihi.
Tiara: “kalo kamu gak punya otak gimana kamu bisa bicara?”
Iqbal: “aku tak tahu. Bukankah banyak orang yang tak punya otak banyak bicara kan?”
Tiara: “Iya, mungkin kamu benar.”
Iqbal: “Lalu, kalian mau kemana?”
Dini: “aku ingin pulang. Tapi yang tahu caranya pulang ke rumahku adalah sang bijaksana.”
Tiara: “Jadi, kami harus mencarinya. Siapa tahu dia bisa menjadikanku seorang ratu.”
Iqbal: “boleh aku ikut? Barangkali ia bisa memberiku otak.”
Dini: “Ok”
(Datang sang penyihir)
Novi: “hihihiihih hahahhahhh…. Hey berani-berani kamu menjadi teman si Dini yang cengeng itu. Apa kamu mau aku bakar, orang-orangan sawah. Ciyaaaat.” (Penyihir mencoba membakar orang-orangan sawah yang terbuat dari kayu itu)
Iqbal: “hhohoho tidak kena.”
Adegan 5
(Nando sedang menangis)
Dini: “hey, kamu kenapa nangis?”
Nando: “orangtuaku bilang kalo aku penakut dan cengeng.”
Iqbal: “Orangtuamu benar, kamu penakut dan cengeng. Hahahaha.”
Tangis Nando tambah kencang.
Kenanga: “gimana kalo kamu ikut sama kita? Untuk menemui sang Bijaksana supaya ia memberimu keberanian.”
(Nando mengangguk sambil mengusap air matanya.)
Adegan 6
Narrator: Di tengah perjalanan Dini, Kenanga, Tiara, Iqbal, dan Nando menuju tempat sang bijaksana, si penyihir memainkan bola kristalnya untuk mencelakai Dini.
Novi: “tidur, tidur tidur lah”
(Dini pun mengantuk dan tertidur)
Kenanga dan Tiara: “Din, Dini bangun. Ini pasti mantra si nenek sihir itu. Din, bangun Din.”
Nando: “tolong , tolong , tolong…..:
Iqbal: “Percuma kau teriak dan minta tolong, gak akan ada yang mendengarmu.”
Narrator: Di tengah bunga-bunga dan belantara tak ada satu orang pun, kecuali mereka berlima. Namun, hanya peri yang bisa mendengar teriakan mereka. Lalu peri pun memberikan kekuatannya untuk membangunkan Dini.
(Dini terbangun dan mereka berlima meneruskan perjalanan untuk menemui Sang bijaksana.)
Adegan 7
Narrator: mereka telah sampai di tempat sang bijaksana.
Dini: “kami ingin bertemu sang bijaksana. Di mana dia?”
Irsyad: “ada apa kalian mencariku?”
Iqbal: “aku ingin memiliki otak.”
Nando: “aku ingin punya keberanian.”
Tiara: “aku ingin menjadi ratu.”
Dini: “dan aku ingin pulang.”
Irsyad: “jika kalian menginginkan itu, bawakan aku sapu terbang si penyihir dan kukabulkan permintaan kalian.”
Iqbal: “Cuma itu?”
Irsyad: “Ya.”
(Lalu mereka pergi meninggalkan sang bijaksana.)
Adegan 8
Narrator: Dini, Tiara, Kenanga, Iqbal, dan Nando berada di tempat nenek sihir untuk mendapatkan sapunya. Mau tak mau mereka harus berperang melawan nenek sihir dan para pasukannya.
Novi: “Mau setitik api supaya kau terbakar orang-orangan sawah?” (menyodorkan api ke arah orang-orangan sawah dan ia terbakar.
(Dini mengambil air yang ada di sampingnya untuk menyiram api itu. Namun air itu tersiram pada wajah nenek sihir. Ia mencair dan musnahlah si penyihir itu.
Narator: air adalah kelemahan sang penyihir. Mereka berhasil mendapatkan sapu terbang itu. Lalu mereka kembali ke tempat sang bijaksana membawa sapu terbang si penyihir. Ketika mereka meminta janji mereka dipenuhi sang bijaksana tak memenuhi janjinya.
Irsyad: “Kalian tahu, bahwa otak bisa kalian dapatkan. Itu bukan barang yang langka. Setiap mahkluk yang ada di bumi memiliki otak. Di tempatku ada sekolah, tempat para pemikir hebat. Kamu bisa duduk dan belajar di sana, orang orangan sawah.
Iqbal: “oya ya…..”
Irsyad (Bicara pada Nando): “kamu sebenarnya memiliki keberanian. Kamu hanya menjadi korban dari cara pikir yang tidak beraturan. Itu semua hanya halusinasi dan kamu selalu lari dari hal yang kamu takutkan.”
Nando: “ oya ya ya ya……”
Irsyad (bicara pada Tiara): “Kalo kamu ingin jadi ratu, jaga sikap dan perilakumu. Belajar yang giat supaya kamu bisa jadi pemimpin yang cerdas.”
Tiara mengangguk-anggukkan kepalanya.
Dini: “bagaimana denganku? Bagaimana caranya aku bisa pulang?”
Irsyad: “Hanya pikirkan ‘tak ada tempat yang lebih menyenangkan selain di rumah bersama keluarga,’”
Dini: “Tak ada tempat yang lebih menyenangkan selain di rumah bersama keluaga.” (mengatakan itu 3x)
Adegan 8
(Dini dalam keadaan tertidur dan masih memegang buku)
Zahra: “Dini, bangun sayang, bangun, sudah pagi.”
Dini: “Ah aku hanya bermimpi, Bu. I love you.” (memeluk Ibunya)
Hampir semua adegan dan karakter dari naskah ini mengadopsi dari film The Wizard Of Oz.
Membaca naskah dan belajar bermain peran menjadi hal baru bagi mereka.