Diary klub baca anak; Drama anak-anak. Sabtu, 8 Oktober 2016.
Naskah drama yang sudah anak-anak buat sebelumnya telah rampung saya selesaikan. Untuk menyesuaikan cerita yang saya buat, sedikit bagian saya ubah. Anak-anak sangat bersemangat untuk membaca sebagian cerita yang mereka sudah buat dan penasaran dengan sambungan cerita yang saya buat.
Si Kecil yang Baik Hati
Protagonis: Karimun
Antagonis: Andi, Toni, Ani, Rani
Pemeran Pembantu: Kakek-kakek, ibu, ayah, Kumar, guru, ustadz, abang Adi, penjual roti, perilolo (makhluk kecil yang baik hati), perintilil (makhluk kecil yang jahil dan usil)
Adegan 1
Narator: Di suatu kota, ada seorang anak bernama Karimun. Usianya 10 tahun. Ia duduk di kelas 5. Karimun seorang yatim. Ayahnya meninggal ketika ia berumur 5 tahun. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, ia membantu ibunya menjual roti sepulang sekolah. Sedangkan ibunya seorang penjahit di rumah dengan alat jahit seadanya.
Ketika sedang berjalan sepulang sekolah, Karimun melihat seorang kakek yang sedang menarik gerobaknya diganggu oleh 4 anak nakal, yaitu Andi, Toni, Ani, dan Rani. Keempat anak itu sengaja menyenggol dan mendorong gerobak itu hingga si kakek jatuh tersungkur. Karimun datang menghampiri si kakek dan 4 anak itu. Ia membantu si kakek untuk bangun.
Andi: “Hey, anak miskin, kenapa kamu bantu kakek tua itu?”
Toni: “Aduh Diiiii, lo ngomongnya gimana si? Kalo kakek ya tua lah, masa kakek muda!”
Toni, Ani, dan Rani: ha ha ha ha…….
Andi: “Eh diem lo!” (memukul lengan Toni). (Melihat ke arah Karimun) “Sok mau jadi pahlawan ya?”
Ani: “Eh biarin aja, mereka kan sama-sama miskin.”
Rani: “Mereka gak selevel sama kita.”
Karimun: “Kenapa kalian selalu berbuat jahat sama orang lain?”
Narator: Tanpa merespon perkataan Karimun, Toni, Andi, Ani, dan Rani tertawa mengejek Karimun, lalu meninggalkan Karimun dan si kakek. Kemudian si kakek berterima kasih pada Karimun dengan memberi sebuah hadiah yang berbentuk sebuah kotak. Karimun langsung membuka kotak itu, dan ia sangat terkejut melihat makhluk kecil yang diberi nama Perilolo oleh si kakek.
Kakek: “Jagalah kotak dan isinya. Jangan sampai ada seorangpun yang tahu. Dia akan selalu menemanimu kemanapun kamu pergi dan menunjukkanmu jalan yang baik. Tapi ingat satu hal, jika 3 kali kamu melakukan hal yang tidak baik, maka Perilolo akan pergi.”
Karimun langsung membuka kotak itu.
Perilolo: “Hai, aku Perilolo. Kamu Karimun kan?”
(Karimun hanya kebingungan melihat sesuatu yang sangat aneh, kecil, dan lucu.)
Adegan 2
Narator: Setiap pulang sekolah, Karimun menjual roti yang ia ambil dari pembuat roti rumahan. Ia menjual rotinya keliling kampung hingga petang. Kali ini, ia membawa kotak yang diberikan oleh kakek yang ia bantu tempo hari.
(Ibu Karimun sedang menjahit.)
Karimun: “Bu, Karimun pergi dulu ya.”
Karimun mencium tangan ibunya.
Ibu: “Iya, Mun. Hati-hati di jalan. Jangan lupa baca bismillah dan istirahat kalo capek.”
(Ibu Karimun melihat sesuatu yang dipegang Karimun.)
Ibu: “Itu apa, Mun?”
Karimun: “Oh, bukan apa-apa, Bu. Assalamu’laikum.”
Adegan 3:
Narator: Karimun berjalan santai menuju rumah pembuat roti rumahan.
Pembuat roti: “Ini Mun, 20 roti aja. Moga abis semua ya.”
Karimun: “Iya, Pak. Makasih.”
Pembuat roti: “Eh tunggu, Mun. Ini buat luh.” (Pembuat roti memberikan satu lembar uang sepuluh ribu).
Karimun: “Uang apa ni Pak?”
Pembuat roti: “Buat jajan luh kalo lu haus di jalan.”
Adegan 4:
Karimun: “Roti ….. roti….. rasa vanila cokelat keju enaaakkk…. roti ….. roti….”
Perintilil: “Heh Karimun ngapain kamu jualan roti, emang gak capek? Siang-siang begini enakan tidur!”
Perilolo: “Heh, Perintilil, jangan ganggu Karimun! Dia kerja cari uang buat sekolah biar pinter dan jadi anak berguna. Emang kayak kamu gak pernah sekolah. Bisanya cuma ngusilin orang dan main games.”
Perintilil tertawa keras sekali. Perintilil: “Ngapain sekolah. Cuma buang waktu aja. Capek tau belajar terus.”
Karimun: “sudah… sudah…. stop. Kalian ini sebenernya dari negeri apa sih?”
Perintilil:”Kami ini dari negeri yang tak pernah punya nama….”
Perilolo:”Tuh kan Perintilil selalu bicara ngawur!”
(Adzan berkumandang. Karimun selalu mencari masjid untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.)
Perintilil:”Hey, ngapain solat? Mendingan kamu tidur sebentar buat istirahat di bawah pohon rindang itu. Kamu capek kan?”
Perilolo:”Jangan dengerin Perintilil, Mun. Itu masjidnya udah deket kok.”
Narator: Karena Karimun benar-benar lelah dan mengantuk, ia berjalan menuju pohon rindang itu untuk tidur sejenak. Perilolo nampak sedikit kecewa dengan tindakan Karimun. Dan Karimun tertidur pulas.
Perilolo:”Mun, bangun! Hari sudah sore.”
Karimun:”Astagfirullahalazdim!”
(Karimun langsung bangun dan berjalan setengah berlari menuju mesjid.)
Narator: Karimun selalu menaruh dagangannya di samping pintu masjid. Andi, Toni, Rani, Ani tahu bahwa Karimun ada di dalam masjid. Sementara Karimun sedang solat, mereka berempat melakukan aksi jahat mereka. Roti yang belum laku terjual mereka makan satu per satu.
(Di dalam masjid. Setelah Karimun selesai solat, ia mengeluarkan uang yang diberi pembuat roti untuk ia masukkan ke dalam kotak amal masjid)
Perintilil:”Hey, buat apa kamu sedekah? Kamu laper kan? Uang itu buat jajan aja!”
Perilolo:”Ayo masukin uang itu, Karimun!”
Narator: Karimun bingung. Apakah uang itu harus ia masukkan ke dalam kotak amal atau untuk jajan. Dengan rayuan perintilil yang kuat, akhirnya ia tidak jadi memasukkan uang itu ke dalam kotak amal. Karimun berjalan keluar masjid, lalu mendapati roti-rotinya sedang dimakan oleh Andi, Toni, Rani, dan Ani.
Karimun: “heeeeey……”
Toni:”Roti luh enak juga.” (berkata sambil mengunyah roti)
(Karimun sangat marah. Ia mendorong Toni dan Andi dengan keras. Hampir terjadi pertengkaran. Namun Pak Ustadz segera menengahi perkelahian itu.)
Ustadz: “Ada apa ini?”
Karimun: “Mereka makan roti jualan saya Pak Ustadz.”
Ustadz: “Aduuh, kalian lagi yang selalu bikin onar… Sekarang kalian harus bayar roti yang kalian makan.”
Andi: “Yah kita gak punya duit Pak Ustadz.”
Ustadz: “Ya sudah, kalo gitu kalian bersihkan seluruh lantai dan kamar mandi masjid ini. Karimun, Pak ustadz yang akan bayar roti yang sudah anak-anak ini makan.”
Narator: Seorang anak yang tidak pernah bersuara datang dengan seorang guru. Ia menunjuk ke arah Andi, Toni, Ani, dan Rani.
Guru: “Selalu kalian yang bikin ulah?!” (menjiwir telinga Andi, Toni, Ani, dan Rani)
Adegan 5
Bang Adi: “Kenapa Mun? Kayaknya luh sedih banget.”
Karimun: “Iya Bang. Temen saya pergi.”
Bang Adi: “Yaelah Mun temen pergi masih banyak temen yang laen. Pacar abang pergi aja abang kagak ngapa-ngapa. Bisa dicari Muuun.”
Karimun: “Ini temen istimewa Bang.”
Narator: Perilolo telah pergi meninggalkan Karimun. Seperti yang diucapkan oleh sang kakek bahwa Perilolo akan pergi jika Karimun melakukan 3 hal yang tidak baik. Pertama, Karimun lebih memilih tidur daripada solat tepat waktu. Kedua, ia tidak memasukkan sebagian uangnya ke kotak amal dan lebih memilih uang itu dipakai untuk jajan. Ketiga, ia memukul dengan keras dan hampir berkelahi dengan Toni dan Andi.
Kumar: “Kan masih ada gue Mun. Temen lo yang bakal ada di saat senang dan susah.”
Karimun: “Makasih, Mar.”
***
Sebelumnya, masing-masing anak sudah saya beritahu mereka akan berperan menjadi apa dan siapa. Saya meminta mereka untuk membaca naskah drama tersebut, kemudian mereka mempraktekkan dialog dan adegan masing-masing. Pertama-tama saya hanya mengarahkan dan memberitahu intonasi kata, gerak tubuh, dan ekspresi. Ketika mereka sudah paham, saya menonton aksi mereka memainkan sebuah drama 🙂