Berwisata edukatif lagi. Hari pertama ramadan tahun ini Ali (Masih) Teman Kecil Multilingual sudah berada di Indonesia. Namun saya baru bisa bertemu Ali seminggu setelah lebaran. Lama liburan Ali dari sekolahnya selama 100 hari. Di Indonesia, ia masih tinggal di lingkungan apartemen yang sama seperti 2 tahun lalu.
Pagi itu saya menunggu di lobby apartemen. Saya terkejut, kaget, juga senang ketika yang menjemput saya hanya Ali sendiri, tidak dengan ayah atau keluarganya. Dengan akses kartu privasi yang dimiliki masing-masing penghuni apartemen, Ali yang masih berusia 7 tahun sangat berani turun sendirian dari lantai 35 ke lantai dasar (lobby). Begitu pun ketika saya pulang hari itu, ia sendiri yang mengantar saya turun ke lobby.
2 tahun tak bertemu tentunya ia semakin tinggi, lebih mature (mungkin karena ia sudah mempunyai 2 adik), juga ia tak sepemalu seperti sebelumnya. Ketika saya menanyakan kabar dan beberapa hal lainnya, ia sudah mampu menjawab saya dalam kalimat bahasa Inggris (dengan aksen Arab yang kentara). Hanya dalam waktu dua tahun ia bersekolah di Sekolah Dasar, bahasa Inggrisnya sudah sangat bagus (untuk anak seusianya yang tidak menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-harinya) dibanding 2 tahun lalu. Itu karena ia dan teman-temannya tidak diperbolehkan bicara dalam bahasa Arab di lingkungan sekolah, hanya bahasa Inggris.
Pada pertemuan pertama, kami hanya mengobrol. Komunikasi saya dan Ali sudah sangat lancar dengan bahasa Inggris. Dengan ibunya saya berbicara dalam bahasa Indonesia, sedangkan dengan adik laki-laki dan perempuan Ali saya berbicara dengan mencampur bahasa Indonesia dan bahasa inggris, tentunya karena saya tidak bisa bicara dalam bahasa Arab 😁
♥ Curug 7 Cilember, Bogor
Pertemuan kedua, saya dan Ali menjelajah ke daerah puncak Bogor bersama sopir yang biasa mengantar kami. Kami berangkat pagi-pagi sekali. Ali nampak masih sangat mengantuk. Kamera dan tas kecil tergantung di lehernya. Kali ini Ali tidak hanya jalan-jalan tapi ia juga harus belajar menulis dan membaca, juga menggambar jika ia mau. Ayahnya sudah menyiapkan banyak kertas kosong dan pensil warna, kemudian memberikan itu pada saya.
Destinasi pertama kami adalah Curug 7 Cilember. Kami tiba di tempat terlalu pagi, jadi belum banyak wisatawan. Menanjak ke atas menuju curug, banyak sekali monyet yang berkeliaran dan bergantung di pohon. Ali langsung membuka kameranya dan mengambil gambar monyet-monyet yang sedang asyik makan jagung, bergelantungan, dan bermain dengan sesama monyet. Untuk menuju air terjun (curug) kami harus menaiki banyak tangga lagi.
Setibanya di air terjun, beberapa laki-laki berada di dasar air dan menikmati dinginnya air. Saya meminta Ali menyentuh air tersebut. Mulanya ia tak mau menyentuhnya karena alasan dingin. Sedari tibanya di curug ini Ali berkali-kali mengatakan bahwa ia kedinginan. Tapi akhirnya ia mau menyentuhnya sedikit.
Setelah puas memandang air terjun kami ke bawah beberapa meter untuk mencari tempat yang nyaman untuk diduduki. Di sana banyak batu besar yang bisa diduduki dan tikar yang digelar yang disewakan untuk para wisatawan yang ingin makan dan bersantai, juga tenda yang sudah dipasang untuk berkemah di tempat ini.
Waktunya Ali untuk belajar. Butuh beberapa waktu untuk membuat Ali mau menulis atau membuat sesuatu di atas kertas kosong. Saya mengerti itu. Berada di tempat wisata manapun setiap orang hanya ingin menikmati tempat wisata tersebut, bukan untuk belajar seperti di kelas. Menulis mungkin pekerjaan yang sangat berat baginya, jadi saya hanya memintanya untuk menggambar sesuatu yang ia lihat di sekelilingnya.
Di setiap gambar yang ia buat, ia harus menuliskan gambar tersebut dengan kata atau kalimat dalam bahasa Inggris. Di sini saya harus memandunya menulis dengan rapi dan benar. Meskipun Ali sudah bisa bicara bahasa Inggris, namun ia belum bisa menulis beberapa kata dengan benar dalam bahasa Inggris. Barangkali ini sama halnya seperti balita yang sudah bisa bicara namun belum bisa menulis dan membaca. Empat kertas sudah ia isi dengan gambar-gambar dan tulisannya. Kami ke bawah dan melanjutkan ke tempat wisata selanjutnya.
♥ Talaga Warna, Bogor
Memasuki kawasan ini, kami disambut pemandangan kebun teh yang sangat luas. Ini pertama kalinya Ali melihat kebun teh lebih dekat. Ia sangat bersemangat mengambil gambar pohon-pohon teh itu.
Beranjak sedikit ke atas, lagi kami disambut oleh monyet-monyet kecil yang berkeliaran di lapangan dan pinggir danau. Awalnya Ali semangat sekali mengambil gambar monyet-monyet yang sedang bergelantungan di pohon, namun ia menjadi takut ketika monyet-monyet itu mulai mendekati dan mengejarnya. Itu terjadi karena Ali berlari. Monyet-monyet itu tak akan mengejar jika kita hanya diam. Dan sebaliknya, mereka akan mengejar jika kita berlari, monyet-monyet itu tak akan berhenti mengejar manusia.
Di tempat ini ada seseorang yang menjual kacang bungkusan untuk memberi makan monyet-monyet itu. Saya membeli 2 bungkus, berharap Ali mau memberi makan monyet-monyet, ternyata ia masih trauma dengan monyet-monyet yang mengejarnya. Meski begitu ia masih bersemangat melihat saya memberi makan monyet-monyet yang maruk 🙈
♥ Puncak Paralayang, Bogor
Untuk mencapai ke puncak paralayang, kami harus menanjak ratusan meter dan menaiki beberapa anak tangga. Orang-orang Arab mendominasi tempat sejuk dan indah ini. Tentu membuat Ali sangat senang banyak orang-orang yang berbahasa yang sama dengannya berada di satu tempat. Membuatnya tidak merasa bahwa hanya dia lah orang asing di Indonesia.
Di tempat ini ia sangat puas mengambil gambar pemandangan yang sangat menakjubkan, paralayang dan flying fox yang dilakukan oleh orang-orang Arab, dan barang-barang dagangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya, tepatnya barang-barang khas Jawa Barat. Ia bilang “I have two thousand and five hundred photos. I can remember everything I saw by seeing them.“
Saya masih kesulitan mencari tempat untuk Ali menulis dan membaca, jadi harus masih mencari tempat yang nyaman. Mumpung berada di puncak dan saya belum solat zuhur, saya meminta sang sopir untuk mampir ke masjid Atta-Awun. Setelah solat, saya membujuk Ali untuk mengisi kertas-kertas kosong itu. Butuh beberapa waktu untuk menggerakkan tangannya mengisi kertas kosong itu.
♥ SeaWorld, Ancol, Jakarta Utara
Kurang afdol rasanya jika Ali sedang berada di Indonesia tidak mengunjungi Seaworld. Sudah lebih dari 10x kami mengunjungi tempat itu. Saya dan Ali hanya melakukan hal yang sama di tiap kunjungan, yaitu hanya melihat makhluk-makhluk yang hidup di air. Namun kali ini Ali sudah cukup besar untuk memahami lebih jauh tentang makhluk-makhluk air itu.
Di tempat ini, saya harus menjelaskan padanya tentang perbedaan antara air tawar dan air asin, kehidupan ikan di laut dan di sungai, ikan apa saja yang hidup di air tawar dan asin, bagaimana ikan bisa hidup, fungsi tubuh ikan (seperti sirip, sisik, dan insang), bagaimana cara mengembangbiakkan ikan, apa yang ikan-ikan makan, bagaimana ikan hidup di air yang sangat dalam, benda dan tanaman apa saja yang ada dalam di dasar dan permukaan laut. Hampir semua penjelasan itu tertera di masing-masing papan kecil yang tertulis di tiap rumah makhluk-makhluk air tersebut. Beberapa pertanyaan pun muncul. Itu artinya ia merespon apa yang sudah saya jelaskan.
♥ Kidzania, Jakarta Selatan
Lokasi tempat wisata ini terletak di dalam mall, tepatnya di Pacific Place lantai 6. Wisata edukatif ini bukan hanya ada di Indonesia, tapi juga ada di beberapa negara yang salah satunya adalah Kuwait, negara Ali berasal. Di sini anak-anak belajar mencoba banyak profesi yang dilakukan oleh orang-orang dewasa. Anak-anak seperti sedang bermain peran dengan cara yang menyenangkan. Mereka belajar menjadi mandiri, menambah banyak wawasan, juga pengetahuan.
Ketika sudah memasuki kawasan Kidzania setiap anak wajib menukarkan saldo ke Bank BCA Kidzania. Uang ini akan dipakai untuk setiap transaksi yang dilakukan di beberapa tempat. Ini ketiga kalinya saya dan Ali mengunjungi tempat ini. Pertama kalinya datang ke tempat ini Ali masih berusia 3 tahun, tak ada satu profesi pun yang ingin ia coba kecuali menonton pertunjukan drama. Kedua kalinya Ali (5 tahun) baru mau mencoba sebagai pemadam kebakaran dan membersihkan jendela gedung, itu pun karena saat itu kami pergi dengan sepupunya yang usianya hampir sama dengan Ali. Untuk ketiga kalinya datang ke Kidzania, Ali mau mencoba banyak hal.
Awalnya memang agak sulit merayu dan membujuknya untuk bergabung masuk ke masing-masing tempat, meskipun saat itu tidak terlalu ramai. Kami hanya berkeliling saja. Setahu saya Ali suka sekali dengan cokelat. Lalu saya manfaatkan itu dengan berdiri lama di depan Factory Chocolate. Mas-mas yang menjaga tempat itu membujuk Ali untuk mau masuk mencoba membuat cokelat, hasil kreasinya akan ia makan sendiri, dan akan mendapatkan uang sebanyak 5 kidos. Ali nampak masih berpikir dan takut untuk masuk. Kemudian saya sedikit memaksanya untuk masuk karena ia harus mencoba dan memulainya dari pabrik cokelat ini. Akhirnya Ali melangkahkan kakinya ke ruangan itu. Saya katakan pada instrukturnya bahwa Ali tidak terlalu lancar berbahasa Indonesia. Dari luar saya mengamati Ali. Awalnya ia nampak malu dan ragu. Namun setelah beberapa menit ia nampak menikmati proses pembungkusan cokelat tersebut. Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 20 menit. Pastinya ia senang dapat menikmati hasil kreasi cokelat yang ia buat dan uangnya bertambah 5 kidos. Setelah itu barulah ia berani mencoba masuk di beberapa tempat lainnya seperti: Tea Factory, Towel Factory, Pharmacy, Book Factory, Nugget Factory, Magic Studio, dan Smartphone Experience Centre. Masih banyak tempat-tempat yang belum Ali coba karena kami tak punya waktu banyak di sana.
Di tiap tempat yang Ali masuki saya selalu mengatakan pada sang instruktur bahwa Ali tak terlalu lancar berbahasa Indonesia. Beberapa dari mereka yang mampu berbicara bahasa Inggris, mereka menjelaskan dalam bahasa inggris, sedangkan yang tidak mampu, mereka menjelaskan secara pelan-pelan dalam bahasa indonesia. Rupanya bahasa yang membuat Ali takut untuk masuk. Ia takut tak memahami apa yang mereka katakan. Namun dengan begitu ia melakukan semua pekerjaan dengan sangat baik. Ia pulang dengan hati gembira dengan beberapa barang yang ia buat sendiri.
♥ Planetarium, Jakarta Pusat
Perjalanan wisata edukatif selanjutnya adalah Planetarium. Di tempat ini setiap pengunjung dapat mempelajari tentang astronomi, benda-benda langit, dan alam semesta. Ini adalah pertama kalinya untuk saya dan Ali datang ke tempat ini. Tapi sayang sekali pertunjukan teater bintang sedang ditutup untuk sementara waktu. Jadi kami hanya bisa menikmati Ruang Pameran (Exhibition Hall) dan meneropong matahari. Di pintu masuk sisi kanan dan kiri terdapat pajangan zodiak-zodiak dengan ilustrasi gambar mitologi yunani yang cantik.
Masuk lebih dalam tempat itu kami harus mengisi buku tamu. Saya bertanya pada si bapak penerima tamu kapan pertunjukan teater bintang akan beroperasi lagi. Ia menjawab, “bulan September”. Kemudian saya bilang, “yaah sayang banget anak ini udah pulang.” Dari percakapan itulah si bapak tahu bahwa anak yang saya bawa bukan anak yang berasal dari Indonesia. Dengan segera ia menawarkan seorang pemandu yang mampu berbicara bahasa Inggris untuk menjelaskan isi ruangan pameran ini secara gratis.
Sang pemandu sangat ramah, baik hati, dan dengan jelas menjelaskan semua isi yang berhubungan dengan alam semesta. Ia juga memberi kesempatan pada Ali untuk bertanya banyak hal.
Saya pikir cukup untuk Ali belajar tentang alam semesta, dan ia pun sudah kelihatan bosan berada di dalam. Lalu kami keluar dan mencari makan kemudian saya harus solat. Di tempat ini terdapat mushola juga kantin. Namun sayangnya Ali tidak bisa makan masakan Indonesia. Dia hanya suka makan kentang goreng dan ayam tepung goreng dengan jumlah (selalu) 3 potong. Jadi kami harus keluar mencari tempat makan cepat saji yang tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dari Planetarium.
Saya baru menyadari pada setiap perjalanan kami Ali selalu terobsesi dengan kucing. Ketika melihat kucing ia selalu nampak bersemangat. Ia selalu mengejar kucing-kucing itu. Kucing nampak menggemaskan di matanya. Namun ia tak berani menyentuhnya meskipun kucing itu sangat jinak. Di Planetarium banyak kucing berkeliaran. Beberapa di antaranya tinggal dan dekat sekali dengan sekuriti tempat ini.
Sisa 2 potong ayam yang sengaja ia beli (untuk kucing) ia berikan ke kucing-kucing yang datang mendekatinya. Saking terobsesinya dengan kucing, beberapa sekuriti dan orang-orang Planetarium mengenal Ali.
Sekitar pukul 1 kegiatan meneropong matahari dimulai. Seperti pada kegiatan sebelumnya, setiap pengunjung yang datang harus mengisi buku tamu. Saat itu hari sangat cerah jadi saya juga Ali bisa melihat langsung matahari dengan teropong.
♥ Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur
Ini ketiga kalinya saya ke TMII bersama Ali. Selama melakukan perjalanan di sekitar Jakarta, kami tak lagi memakai sopir yang biasa mengantar kami. Melainkan menggunakan jasa taksi online. Jadi, di TMII, untuk berkeliling dari satu tempat ke tempat lain saya menyewa sepeda dengan tarif per jamnya Rp. 25.000,- ribu dengan meninggalkan KTP.
Ali senang sekali menaiki sepeda. Meskipun usianya sudah 7 tahun tapi ia tidak bisa mengendarai sendiri sepeda karena di rumahnya (di Kuwait) ia tak bisa bermain sepeda dengan bebas seperti anak-anak di Indonesia.
Tujuan utama kami ke TMII adalah ke museum (Pusat Peraga) PP IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Banyak hal yang ia praktekkan di sana. Walaupun para penjaga di masing-masing tempat peraga tidak bisa bicara bahasa Inggris tapi mereka memandu Ali dengan sangat baik.
Barangkali hal yang paling berkesan bagi Ali dari tempat ini adalah ketika ia melakukan demo Roket Air dan menjadi relawan maju ke atas panggung untuk melakukan salah satu demo sains, meskipun ia tak terlalu mengerti apa yang dikatakan oleh sang host. Kami cukup lama berada di Museum ini karena banyak sekali hal yang dapat Ali pelajari secara ilmiah, walaupun beberapa hal belum bisa masuk ke nalarnya.
♥ Kota Tua, Jakarta Utara
Seperti yang sudah banyak orang Indonesia tahu bahwa di tempat ini ada beberapa museum yang berdiri berdekatan. Ini kali pertama Ali datang ke Kota Tua. Kami memasuki Museum Wayang, Art and Ceramic Museum, dan Museum Fatahillah. Ia nampak tak terlalu menikmati berada di tempat ini. Barangkali karena ia hanya melihat-lihat benda tua, dan itu membuatnya bosan. Namun ia mulai nampak bersemangat ketika melihat kucing dan naik sepeda ontel.
♥ Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan
Bosan dengan museum, Ali memilih kebun binatang untuk perjalanan selanjutnya. Di sana juga terdapat penyewaan sepeda. Namun jasa sewanya lebih murah daripada di TMII, Rp. 15.000,- per jam untuk sepeda double, dan Rp. 10.000,- untuk sepeda single.
Tujuan pertama kami adalah Primata Schmutzer. Di tempat ini ia belajar tentang jenis-jenis primata: Simpanse, Orangutan, Gorila. Sangat disayangkan, Ali tak melihat Gorilla dan Orangutan. Mereka tak menunjukkan ‘batang hidung’ nya siang itu.
Sebenarnya agak repot membawa sepeda di tempat ini, karena saya harus berhenti di setiap kandang binatang, kemudian naik lagi, turun lagi, dan begitu seterusnya. Namun dengan bersepeda kami bisa menghemat banyak waktu jika dibanding berjalan kaki.
Seperti datang tepat pada waktunya ke kandang ular, sang pemberi makan membawa beberapa ayam hidup dan sejenis hamster untuk dijadikan santapan ular-ular dengan jenis berbeda. Tak cukup waktu kami menjelajahi semua binatang yang ada di Ragunan. Tempat wisata ini tutup pukul 5.
Sama halnya seperti belajar di kelas, Ali juga harus menulis dan membaca. Setelah selesai mengamati dan mempelajari yang sudah ia lihat di masing-masing tempat wisata, ia harus menulis dan membaca. Ini selalu menjadi hal terberat bagi saya untuk membuatnya mau menulis. Bukan karena Ali malu harus melakukannya di tempat umum. Saya tahu Ali tak peduli dengan orang-orang yang melihat kegiatan belajar kami. Namun, nampaknya menulis baginya adalah pekerjaan yang berat. Kegiatan menulis yang saya terapkan: Ali harus menulis ulang (Rewrite) apa yang sudah saya tulis untuk melatih tulisannya menjadi lebih rapi, kemudian ia harus menulis apa yang saya katakan (Dictation) untuk melatihnya menulis dengan benar dan tepat.
Dalam berbicara bahasa Inggris ia sudah bisa dengan mudah mengucapkannya dengan benar. Bahkan ia banyak bercerita berbagai hal pada saya dengan kosakata bahasa Inggris yang sudah cukup banyak. Tapi dalam hal menulis dan membaca bahasa Inggris, ia masih perlu banyak berlatih.
Begitulah belajar bahasa, setidaknya ada 4 skills (Membaca, Menulis, Mendengar, dan Berbicara) yang harus dipelajari. Kucing selalu menjadi “senjata” saya supaya Ali mau melakukan apa yang saya minta. Saya selalu menjanjikan bahwa ia boleh bermain dan memberi makan kucing bila ia sudah mengerjakan tugas-tugasnya. And it worked 😉
Untuk perjalanan kali ini, Ali bukan hanya Teman kecil Multilingual saya tapi juga partner kerja yang sangat baik dan kooperatif. Pemberitahuan secara tulisan atau gambar yang tertempel atau terpasang di masing-masing tempat selalu ia patuhi. Kalaupun ia melakukan sedikit kejahilan pada suatu objek, itu karena ia tidak bisa (paham) membaca larangan itu dalam tulisan bahasa Indonesia. Ketika tiap kali saya solat, ia selalu diam di tempat dan tidak boleh berbicara dengan siapapun sesuai dengan perintah saya.
Berada di negara orang, Ali termasuk anak yang sangat ramah pada orang asing. Ia bisa secara spontan menjawab atau merespon seseorang jika ia mendengar orang tersebut bicara dalam bahasa Arab, begitu pula jika seseorang mendengar kami berbicara bahasa inggris, Ali selalu menjawab siapapun yang bertanya padanya dalam bahasa Inggris. Begitu pun dengan bahasa Indonesia, walau tak terlalu banyak kata yang bisa ia ungkapkan, ia bisa langsung merespon seseorang yang mengajaknya bicara dalam bahasa Indonesia. Tentunya ia hanya berbicara dengan orang asing hanya jika saya berada di dekatnya.
Pada saat Ali tak punya waktu untuk membaca, saya selalu memintanya membaca di dalam mobil pada saat perjalanan pulang. Dan ia melakukan itu meskipun dalam keadaan sudah lelah, kemudian terlelap sampai menuju apartemennya.
Akhir bulan ini ia sudah berada di Kuwait. Waktu dua bulan melakukan perjalanan bersamanya terasa sangat cepat berakhir. Saya berharap pengalaman dan ilmu-ilmu yang ia dapat selama di Indonesia tak hilang dari ingatan sesampainya di rumah, dan ia bagikan semua itu pada guru dan teman-temannya.