Beberapa hari belakangan ini saya sering mendengar kata Black Friday. Kata yang diartikan secara harfiyah Jum’at Hitam ini seperti memiliki makna yang menyeramkan. Tapi ternyata kata tersebut tak ada sama sekali hubungannya dengan hal-hal yang menyeramkan. Black Friday adalah istilah yang digunakan untuk memulai belanja di awal musim liburan dan natal.
Nama Black Friday berasal dari kota Philadelphia, yang mana istilah ini menggambarkan jalanan yang selalu carut marut setelah perayaan Thanksgiving. Hari Thanksgiving dirayakan di hari Kamis keempat bulan November di Amerika. Setelah hari Thanksgiving (Jum’at), orang-orang berburu dan berbelanja gila-gilaan dari toko-toko yang memberi diskon besar-besarran, keadaan jalanan menjadi carut marut dengan ‘kegilaan’ di hari itu. Oleh sebab itulah hari tersebut disebut Black Friday.
Namun belakangan ini Black friday digunakan untuk istilah retail yang memberi diskon gede-gedean. Selain popular di Amerika, Black Friday juga populer di Kanada dan Australia. Sekarang istilah itu sudah meluas ke beberapa online shop di beberapa negara. Pada Black Friday hampir semua toko buka dari jam 12 malam atau pagi-pagi sekali. Orang-orang pun rela antri panjang dan berdesak-desakkan untuk mendapatkan harga yang sangat ‘miring’. Karena waktu itulah waktu yang mereka tunggu-tunggu.