Desy Ratnasari

Nama Desy Ratnasari tak asing lagi bagi siapapun yang lahir di tahun 80an dan 70an. Sekitaran tahun itu, hampir tiap hari film-film Indonesia  menghiasi layar kaca. Jadi, kala itu mudah sekali menonton film-film Indonesia. Desy Ratnasari lahir di Sukabumi, 12 Desember 1973.

Desy mengawali karirnya di usia 14 tahun dengan mengikuti ajang pemilihan gadis sampul salah satu majalah ternama saat itu. Meskipun hanya sebagai juara 2 dalam pemilihan tersebut, namun nama Desy Ratnasari langsung meroket setelah pemilihan ajang tersebut dengan memainkan beberapa film. Barangkali Film Olga dan Sepatu Roda (1991) adalah film yang membuat saya mengidolakan Desy Ratnasari. Entah sudah berapa kali saya menonton film itu. Kala itu, Desy masih berusia sangat remaja, berambut panjang terurai dan apa adanya remaja tanpa dandanan dan make up yang berlebihan. Ia memainkan film itu dengan sangat natural, ceria, cerdas, dan representatif anak remaja kala itu. Film Olga dan Sepatu Roda telah melambungkan namanya.

Selain bermain di film Olga dan Sepatu Roda, Desy bermain di banyak film (Elegi Buat Nana, Saskia, Komar si Glen Kemon Mudik, Joe Turun ke Desa, Blok M (1990), Oom Pasikom, Si Kabayan Mencari Jodoh, Joshua oh Joshua, Kun Fayakun), sinetron (Jendela Rumah kita, Sengsara Membawa Nikmat, Pelangi di Hatiku, Bunga-Bunga Kehidupan, Buku Harian, Desy, Flamboyan 108, Saat Memberi Saat Menerima, Anakku Terlahir Kembali, Bukan Perempuan Biasa, Takdir, Sabai Nan Aluih, Malin Kundang, dan masih banyak lagi), dan iklan (Sunsilk, Medicare, Homyped, Sanken, Mega M Matahari, Lux, Konica, Mixagrip, Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga, dan lain-lain). Lalu merambah ke dunia tarik suara. Ia menjadi aktris papan atas dan dianggap sebagai ikon kecantikan wajah asli Indonesia.

Dalam dunia film, sinetron, dan iklan, kemampuan akting Desy tak perlu diragukan lagi. Namun, untuk urusan tarik suara atau menyanyi, bisa dibilang suara Desy tak terlalu bagus layaknya penyanyi yang sudah diberi suara merdu dari Sang Pencipta. Meski begitu, ia memiliki banyak single dan beberapa album (Lukisan Cinta, Bukan Aku Menolakmu, Mana Mungkin, Tenda Biru, Sampai Hati, Lembaran Baru, Takdir, Mengapa, Hanya Satu Mutiara, dan lain lain), baik hanya untuk nyanyian biasa maupun untuk original soundtrack sinetron yang ia mainkan. Semua lagu ia nyanyikan dengan sangat baik. Salah satu singlenya yang berjudul Tenda Biru yang ia nyanyikan pada tahun 1996 menjadi lagu paling hits sepanjang tahun itu. Lagu tersebut menjadi julukan nama Desy, si tenda biru, hingga saat ini.

Walaupun saat itu sudah menjadi aktris terkenal dan super sibuk, Desy tak pernah melupakan pendidikan. Pendidikan adalah syarat utama yang diajukan mendiang ayahnya pada awal ia masuk ke dunia showbiz. Itu ia tunjukkan dengan prestasi sekolahnya yang stabil. Pendidikan terakhir Desy adalah magister Psikologi.

Tahun 2000an nama Desy Ratnasari sudah tak terlalu melambung di dunia hiburan tanah air, meskipun ia masih membintangi beberapa sinetron dan film. Salah satu alasan yang paling masuk akal adalah banyak bintang muda yang bermunculan. Selain itu pula, ia mulai merambah ke dunia politik. Bukan Desy Ratnasari namanya kalau melakukan sesuatu setengah-setengah. Ia selalu melakukan segala sesuatu dengan totalitas dan konsistensi. Ia mengikuti pemilihan anggota dewan dari daerahnya, Sukabumi, dan terpilih menjadi anggota DPR pada tahun 2004.

Sudah tidak terlalu aktif di dunia showbiz, Desy mengubah penampilannya dengan menutup kepalanya dengan hijab dan penampilan yang lebih tertutup. Sebagai aktris dan ibu dari seorang anak (Nasywa Nathania Hamzah), sosok Desy Ratnasari mampu menunjukkan seseorang yang menjadi public figure yang bisa tetap berprestasi dan konsisten di jalur yang sedang ia geluti. Sebagai wakil rakyat, semoga Desy Ratnasari mampu menjaga amanah, ‘bersih’, jujur, dan menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih baik dari segi apapun.

Leave a Reply

Next Post

City of Ember (2008)

Wed Dec 6 , 2017
Apa jadinya jika kita hidup di kota yang berlokasi di bawah tanah dan sangat membutuhkan cahaya untuk menjalani kehidupan sehari-hari, sementara hidup kita bergantung pada isi sebuah kotak? Tak hanya itu, generator yang menjadi penopang hidupnya cahaya makin lama makin tua dan lampu menjadi seringkali mati. Itu yang terjadi pada […]

Kamu mungkin suka

Desy Ratnasari

Nama Desy Ratnasari tak asing lagi bagi siapapun yang lahir di tahun 80an dan 70an. Sekitaran tahun itu, hampir tiap hari film-film Indonesia  menghiasi layar kaca. Jadi, kala itu mudah sekali menonton film-film Indonesia. Desy Ratnasari lahir di Sukabumi, 12 Desember 1973.

Desy mengawali karirnya di usia 14 tahun dengan mengikuti ajang pemilihan gadis sampul salah satu majalah ternama saat itu. Meskipun hanya sebagai juara 2 dalam pemilihan tersebut, namun nama Desy Ratnasari langsung meroket setelah pemilihan ajang tersebut dengan memainkan beberapa film. Barangkali Film Olga dan Sepatu Roda (1991) adalah film yang membuat saya mengidolakan Desy Ratnasari. Entah sudah berapa kali saya menonton film itu. Kala itu, Desy masih berusia sangat remaja, berambut panjang terurai dan apa adanya remaja tanpa dandanan dan make up yang berlebihan. Ia memainkan film itu dengan sangat natural, ceria, cerdas, dan representatif anak remaja kala itu. Film Olga dan Sepatu Roda telah melambungkan namanya.

Selain bermain di film Olga dan Sepatu Roda, Desy bermain di banyak film (Elegi Buat Nana, Saskia, Komar si Glen Kemon Mudik, Joe Turun ke Desa, Blok M (1990), Oom Pasikom, Si Kabayan Mencari Jodoh, Joshua oh Joshua, Kun Fayakun), sinetron (Jendela Rumah kita, Sengsara Membawa Nikmat, Pelangi di Hatiku, Bunga-Bunga Kehidupan, Buku Harian, Desy, Flamboyan 108, Saat Memberi Saat Menerima, Anakku Terlahir Kembali, Bukan Perempuan Biasa, Takdir, Sabai Nan Aluih, Malin Kundang, dan masih banyak lagi), dan iklan (Sunsilk, Medicare, Homyped, Sanken, Mega M Matahari, Lux, Konica, Mixagrip, Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga, dan lain-lain). Lalu merambah ke dunia tarik suara. Ia menjadi aktris papan atas dan dianggap sebagai ikon kecantikan wajah asli Indonesia.

Dalam dunia film, sinetron, dan iklan, kemampuan akting Desy tak perlu diragukan lagi. Namun, untuk urusan tarik suara atau menyanyi, bisa dibilang suara Desy tak terlalu bagus layaknya penyanyi yang sudah diberi suara merdu dari Sang Pencipta. Meski begitu, ia memiliki banyak single dan beberapa album (Lukisan Cinta, Bukan Aku Menolakmu, Mana Mungkin, Tenda Biru, Sampai Hati, Lembaran Baru, Takdir, Mengapa, Hanya Satu Mutiara, dan lain lain), baik hanya untuk nyanyian biasa maupun untuk original soundtrack sinetron yang ia mainkan. Semua lagu ia nyanyikan dengan sangat baik. Salah satu singlenya yang berjudul Tenda Biru yang ia nyanyikan pada tahun 1996 menjadi lagu paling hits sepanjang tahun itu. Lagu tersebut menjadi julukan nama Desy, si tenda biru, hingga saat ini.

Walaupun saat itu sudah menjadi aktris terkenal dan super sibuk, Desy tak pernah melupakan pendidikan. Pendidikan adalah syarat utama yang diajukan mendiang ayahnya pada awal ia masuk ke dunia showbiz. Itu ia tunjukkan dengan prestasi sekolahnya yang stabil. Pendidikan terakhir Desy adalah magister Psikologi.

Tahun 2000an nama Desy Ratnasari sudah tak terlalu melambung di dunia hiburan tanah air, meskipun ia masih membintangi beberapa sinetron dan film. Salah satu alasan yang paling masuk akal adalah banyak bintang muda yang bermunculan. Selain itu pula, ia mulai merambah ke dunia politik. Bukan Desy Ratnasari namanya kalau melakukan sesuatu setengah-setengah. Ia selalu melakukan segala sesuatu dengan totalitas dan konsistensi. Ia mengikuti pemilihan anggota dewan dari daerahnya, Sukabumi, dan terpilih menjadi anggota DPR pada tahun 2004.

Sudah tidak terlalu aktif di dunia showbiz, Desy mengubah penampilannya dengan menutup kepalanya dengan hijab dan penampilan yang lebih tertutup. Sebagai aktris dan ibu dari seorang anak (Nasywa Nathania Hamzah), sosok Desy Ratnasari mampu menunjukkan seseorang yang menjadi public figure yang bisa tetap berprestasi dan konsisten di jalur yang sedang ia geluti. Sebagai wakil rakyat, semoga Desy Ratnasari mampu menjaga amanah, ‘bersih’, jujur, dan menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih baik dari segi apapun.

Leave a Reply

Next Post

City of Ember (2008)

Wed Dec 6 , 2017
Apa jadinya jika kita hidup di kota yang berlokasi di bawah tanah dan sangat membutuhkan cahaya untuk menjalani kehidupan sehari-hari, sementara hidup kita bergantung pada isi sebuah kotak? Tak hanya itu, generator yang menjadi penopang hidupnya cahaya makin lama makin tua dan lampu menjadi seringkali mati. Itu yang terjadi pada […]

Kamu mungkin suka