“Kak Sasa, kamu liat squishy es krim ku nggak?” Tanya Seril.
Tangan Seril bergerak cepat mencari satu per satu tumpukan squishy di kotak lemarinya. Sebelum menggilai K-pop atau boyband Korea, Seril mengoleksi squishy. Jumlah Squishy yang Seril miliki sudah seratus buah lebih. Beberapa dari mereka ia beli dengan uangnya sendiri, dan beberapa yang lainnya adalah pemberian dari teman dan saudaranya.
“Mbak Nuuuun, liat squishy es krim ku nggak?” Seril bertanya pada ART-nya.
Mbak Nun sudah bekerja dengan keluarga Sasa dan Seril sejak mereka masih sangat kecil. Hampir semua kebutuhan mereka dibantu oleh Mbak Nun. Dari keperluan sekolah sampai menemani mereka belajar hingga larut malam. Maklum, orangtua Sasa dan Seril bekerja dan selalu pulang malam. Saking lamanya Mbak Nun bekerja pada keluarga ini, Mbak Nun sering memarahi mereka jika mereka bersikap menyebalkan.
“Nggak Dek, Mbak Nun nggak liat.” Jawab Mbak Nun dengan logat Jawa Brebes yang kentara.
“Kak Sasaaaa, kamu liat nggak?” Tanya Seril lagi dengan sedikit berteriak. “Aku tahu kamu masih marah kan sama aku gara-gara keujanan kemaren, tapi itu squishy kesayanganku hadiah dari Tante Una, harganya juga mahal loh. Plis Kak Sasa.”
“Aku nggak tau, Seril. Sumpah deh.” Sasa menjawab acuh tak acuh.
“Terus kemana dong?”
“Mana aku tau. Mungkin hantu yang ngumpetin.”
“Kak Sasaaa …..! Seril berteriak histeris.
***
Keesokan hari, Squishy Seril masih belum ditemukan. Ia curiga pada kakaknya bahwa ia yang menyembunyikan Squishy miliknya.
“Mbak Nun, masih belum ketemu squishyku?”
“Mbak Nun nggak nyari, Dek. Aku banyak kerjaan.”
Seril menelusuri setiap sudut tempat di rumahnya. Lalu menuju ke arah lemari Sasa dan membuka lemari itu. Ia membongkar satu per satu isi bagian yang ada di dalamnya.
“Kak Sasa, ini apa?” Tanya Seril sambil menunjukkan sebuah plastik. “Ini bungkus plastik squishy ku. Pasti kamu kan yang ngumpetin. Mana Kak Sasa?”
“Demi Tuhan, aku nggak ngumpetin squishy kamu. Lagian aku juga nggak tau ada barang-barang apa yang ada di lemariku. Udah seminggu ini kan Mbak Nun yang selalu nyiapin bajuku. Kamu tanya aja ke Mbak Nun.”
“Eh mungkin nggak ya kalo Mbak Nun yang ambil squishy-ku?” Seril mulai mencurigai Mbak Nun.
“Ya nggak mungkin lah Mbak Nun ambil squishy. Ngapain juga?! Anaknya Mbak Nun kan laki-laki.”
Seril putus asa. Ia membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
“Kalo aku bantu cari dan ketemu, aku dapet apa?” Kata Sasa tiba-tiba.
“Mmm, setengah uang jajanku aku kasih ke kamu.”
“Cuma itu aja?”
“Emang kamu maunya apa lagi?”
“PR ku kan lagi banyak, kamu nemenin dan bantu aku ngerjain tugas-tugasku. Yah itung-itung kamu gantiin Mbak Nun.”
“Mmm, iii-iya deh.” Kata Seril tak terlalu yakin.
“Oh iya, selama berapa lama?” Sasa masih bernego.
“Sehari aja lah!”
“Yah cuma sehari doang.”
“Ya udah 3 hari deh.”
“Oke deal ya!”
Sasa mengulurkan tangan kanannya pada Seril menandakan mereka sepakat dengan perjanjian yang sudah dibuat oleh Seril.
Dengan cekatan Sasa langsung beraksi mencari squishy es krim kesayangan Seril. Ia mencari ke sudut-sudut yang belum Seril jangkau. Di bawah meja makan, di bawah kursi ruang tamu depan, di rak sendal dan sepatu, lalu ke kamar ayah bundanya.
“Seriiil, liat apa yang aku temukan!” Seru Sasa dengan penuh semangat dan kemenangan.
Tangan kanan Sasa meremas squishy yang sudah membuat adiknya uring uringan selama 2 hari.
Seril bangkit dari sofa, lalu meraih benda kenyal tersebut. Ia sangat kegirangan mendapatkan squishy kesayangannya lagi.
“Jangan lupa kesepakatan kita, okeh!” Ujar Sasa, sambil menepuk pelan sebanyak 3x pada pundak Seril.
Dalam hitungan detik, Raut wajah Seril yang sedang kegirangan berubah menjadi syok.
***
Baca cerita sebelumnya K-pop Oh K-pop
Baca cerita selanjutnya Tragedi Squishy