Kali ini saya ingin mengulas film yang sudah agak jadul alias jaman dulu, ialah film Panic Room yang rilis di tahun 2002. Panic Room sudah saya tonton bertahun-tahun lalu di TV nasional Indonesia. Namun setelah menonton film ini lagi beberapa bulan lalu bersama siswa privat saya, saya pikir film ini menarik untuk diulas pada saat ini (ketika tulisan ini ditulis).
Panic Room disutradarai oleh David Fincher dan ditulis oleh David Koepp. Sang penulis menulis cerita Panic Room karena terinspirasi oleh liputan berita tentang panic rooms.
Masalah atau konflik dalam film ini hanya tentang suatu objek yang berada di salah satu ruang di rumah besar berlantai 3 bekas ditinggali oleh seorang milyuner. Namun tentunya cerita tidak dibuat sesederhana itu.
Rumah tersebut baru saja ditempati oleh Meg Altman (Jodie Foster) dan anaknya, Sarah Altman (Kristen Steward). Di dalam satu ruang istimewa tersebut terdapat sistem keamanan kamera CCTV yang memantau seluruh isi rumah, semua sisi temboknya terbuat dari baja, dan pintunya juga terbuat dari baja yang tebal. Mereka berdua menempati rumah tersebut karena Meg bercerai dengan Stephen Altman (Patrick Bauchau), ayah Sarah.
Sekilas rumah itu seperti rumah besar pada umumnya. Nampak tak ada yang istimewa pada rumah tersebut. Namun tidak di mata 3 orang perampok: Burnham (Forest Whitaker), Junior (Jared Leto), dan Raoul (Dwight Yoakam). Mereka mengincar sebuah “harta karun” yang ada dalam salah satu ruang yang ada di rumah tersebut.
Burnham merupakan perampok yang sangat profesional. Ia sangat mahir melakukan segala sesuatu dengan sangat smooth. Ia yang mengatur semua strategi untuk bisa masuk ke ruang tersebut. Ia sangat tahu apa tujuan ia datang ke rumah tersebut, yaitu itu untuk merampok bukan untuk membunuh. Jadi seganas apapun caranya, Burnham tetap memegang prinsip tak akan membunuh orang. Mmm perampok yang berprinsip!
Malam itu menjadi malam yang paling panjang dan menegangkan bagi Meg dan Sarah ketika Meg tahu bahwa ada penyusup yang masuk ke rumah yang baru mereka tempati itu. Mereka bersembunyi di ruang yang paling aman tersebut, yang disebut panic room. Dimana Meg bisa memperhatikan gerak-gerak para perampok. Meskipun para perampok hanya ingin sesuatu yang ada di dalam ruangan tersebut dan tak akan menyakiti mereka, tapi Meg tak akan memberikannya begitu saja.
Ruang tersebut tiba-tiba menjadi ruang darurat bagi Meg dan Sarah karena para perampok melakukan berbagai cara untuk membuat mereka keluar dari ruangan itu. Beberapa cara Meg dan Sarah lakukan untuk mencari bantuan. Dari berusaha mencari celah lubang demi menarik perhatian tetangga depan rumah Meg dengan memainkan simbol morse menggunakan cahaya lampu senter, sampai menelepon Stephen.
Keadaan semakin membuat Meg panik pada saat Sarah yang menderita penyakit diabetes kumat. Sudah waktunya ia harus menyuntik cairan ke tubuhnya. Mau tak mau Meg harus keluar dari ruangan tersebut untuk mengambil apa yang dibutuhkan oleh Sarah. Jika Sarah tak segera ditangani, maka ia akan kejang atau keadaan terburuknya adalah meninggal.
Bukan hanya cerita Panic Room yang menarik, tapi juga aktor yang terlibat dalam film ini juga menarik perhatian saya pada saat menonton film ini di saat saya menulis ulasan film ini. Diantaranya adalah:
- Bila diperhatikan, wajah Jodi Foster dan Kristen Stewart (yang masih berusia 12 tahun saat itu) sangat mirip. Nampak seperti ibu dan anak yang sebenarnya.
- Sebelum Kristen Stewart dan Jared Leto terkenal, pada saat menonton Panic Room bertahun-tahun lalu, saya tak mengenal bahwa salah satu pemainnya adalah mereka. Lalu pada saat menonton Panic Room di waktu-waktu sekarang, baru ngeh bahwa mereka sudah bermain film dari usia yang sangat muda.
- Akting Jared Leto dari dulu sudah bagus, dan cocok memainkan peran sebagai tokoh antagonis 🙂
Nilai: ∗∗∗∗∗5/5