Entah karena apa tiba-tiba saya ingin menulis tentang kartu pos yang saya temukan di antara tumpukan arsip-arsip penting yang saya simpan rapi di dalam pojok lemari.
Saya merasa bersyukur lahir di zaman ketika semuanya masih dilakukan dengan cara manual. Masih merasakan banyak hal yang mungkin akan hilang pada tahun-tahun yang akan datang. Salah satunya adalah budaya berkirim surat lewat kartu pos.
Sebelum munculnya ponsel pintar dan surat elektronik, masyarakat masih menggunakan kartu pos sebagai media berkirim kabar atau sekadar memberi ucapan di momen-momen tertentu. Baik bagi mereka berjarak jauh ataupun dekat dari tempat tinggal kita.
Pada saat duduk di bangku SMA tahun 2000an, ada momen-momen tertentu dimana saya dan teman-teman saling berkirim ucapan melalui kartu pos. Salah satunya adalah momen hari raya Idul Fitri. 2 gambar kartu ucapan diatas dikirim oleh 2 teman saya yang berbeda. Satu teman bertempat tinggal di kota yang sama dengan saya dan satu teman bertempat tinggal di luar kota yang jauh dari tempat tinggal saya.
Pada zaman sekarang (saat tulisan ini dipublikasikan), jika membandingkan berkirim pesan melalui ponsel pintar dan kartu pos jelas sekali bahwa berkirim pesan atau ucapan melalui kartu pos lebih rumit dan tidak efisien.
Ada tahap-tahap yang harus dilakukan sebelum berkirim pesan atau ucapan melalui kartu pos. Pertama, kita harus membeli kartu pos, lalu menulis dengan tangan berkenaan dengan apa yang ingin disampaikan dalam surat tersebut, kemudian datang ke kantor pos untuk membeli perangko dan menempelnya di sudut kanan amplop, memastikan alamat yang dituju benar, setelah semua tahap sudah yakin benar kemudian kartu tersebut dikirim melalui loket pengiriman kartu pos yang ada di kantor pos.
Meskipun nampak rumit dan tidak efisien, berkirim surat secara fisik memiliki sensasi tersendiri yang tidak dapat dirasakan bila berkirim surat melalui ponsel pintar atau surat elektronik. Bagi si pengirim akan berdebar-debar dan bertanya-tanya apakah suratnya sudah sampai tujuan atau belum. Sama halnya dengan penerima yang tak sabar menunggu datangnya surat, melihat bentuk surat, dan tentunya membaca isi surat yang tertulis.
Melihat 2 kartu pos yang saya temukan ini, tiba-tiba muncul pertanyaan di benak saya. Di zaman serba canggih dan modern ini, masih adakah yang menggunakan kartu pos untuk berkirim pesan, kabar, atau ucapan ke teman, kerabat, atau sanak keluarga (baik yang berjarak dekat atau jauh)? Apakah generasi millenium saat ini ada yang pernah atau mencoba merepotkan diri merasakan sensasi berkirim pesan melalui surat yang dikirim melalui kantor pos?