Film yang mengangkat tema perundungan (bully), broken-home, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga adalah tema yang biasa diangkat ke dalam sebuah film. Hal tersebut merupakan bagian yang diangkat ke dalam film Teacher. Tapi, apakah cerita film Teacher sama dengan film lain yang mengangkat tema yang sama? Simak ulasan film ini menurut saya.
James Lewis (David Dastmalchian) adalah seorang guru Bahasa Inggris SMA yang mencoba melindungi salah satu siswa favoritnya, Preston Walsh (Matthew Garry) dari perundungan siswanya yang lain, Tim Cooper (Curtiz Edward Jackson).
Gaya Preston yang cupu, pendiam, akan tetapi cukup pintar di kelas selalu menjadi target bully Tim yang juga cukup memiliki prestasi di sekolah. Dari keluarga borjuis dan berprestasi di sekolah membuat Tim tinggi kepala dan bersikap seenaknya. Beberapa kali ia membuat masalah di sekolah, namun sekolah selalu memaafkan perbuatannya.
Melihat aksi Tim, James Lewis tak ingin tinggal diam. Memiliki latar belakang masalah yang sama dengan Preston di masa lalu, James tak ingin ada lagi ‘tulang yang patah’ dan ‘rumah sakit’ akibat perundungan. Karir mengajar James dipertaruhkan dalam hal ini.
Rangkaian cerita yang disutradarai dan ditulis oleh Adam Dick ini memiliki alur cerita maju mundur. Gambaran kuat tentang penyiksaan nyata di sekolah dan circle of life disajikan dalam film ini.
Meskipun nampak seperti film bullying pada umumnya, namun tanpa bisa menebak akhirnya ceritanya akan seperti apa, di 30 menit terakhir Teacher menyajikan adegan cukup intens yang membuat penonton menyaksikan setiap adegan yang terjadi, yang menjadi inti dan pesan dari cerita film ini.
Film yang berdurasi selama kurang lebih satu jam empat puluh menit ini menyuguhkan karakter kuat pada karakter utamanya. Karakter James Lewis cukup menarik. Dari kejadian masa lalu dan masa sekarang yang dialami oleh James Lewis, karakter tersebut seperti memiliki dua karakter, yakni menjadi pribadi terbaik sekaligus terburuk. Dalam salah satu narasinya, James Lewis mengatakan:
The past is so present.”
Ada satu baris dialog (di durasi menit dua puluh sembilan) yang kurang saya mengerti maksud dan maknanya mengacu kemana. Dialog tersebut berbunyi,
Every home was a slaughtering a goat for the end of Ramadhan and the streets were literally flowing with blood.“
Akhir Ramadhan dimanakah yang menyembelih kambing??? Mungkin maksudnya Idul Adha atau Idul Qurban kali ya?!