Sepertinya, baru kali ini saya menonton film yang membuat saya ragu di akhir cerita apakah ceritanya sudah berakhir atau belum. Cerita Fractured seperti memiliki dua atau (mungkin) lebih klimaks sehingga membuat penonton dibuat penasaran dengan akhir cerita yang sebenar-benarnya, sampai akhir.
Fractured mengangkat tema tentang seseorang yang mengalami trauma mendalam atas kehidupan masa lalu seseorang.
Film yang disutradarai oleh Brad Anderson ini mengisahkan seorang ayah, Ray Monroe (Sam Worthington), yang mengalami masa-masa ‘membingungkan’.
Pada saat Ray dan istrinya, Joanne Monroe (Lily Rabe) dan anaknya yang berusia 6 tahun, Peri Monroe (Lucy Capri) sedang beristirahat dalam sebuah perjalanan, seekor anjing muncul dan mengganggu Peri. Sempat membuat anjing tersebut pergi, namun posisi Peri yang berada di ujung sebuah bangunan tetap membuatnya jatuh ke lantai bawah.
Secepatnya Ray dan Joanne membawa Peri ke rumah sakit terdekat. Segala prosedur demi kesembuhan Peri dijalani oleh Ray dan Joanne. Namun keadaan berubah total setelah Peri ditemani Joanne masuk ke ruang scan CAT. Setelah menunggu berjam-jam, Ray tak mendapati istri dan anaknya keluar dari ruang itu, bahkan ketika Ray bertanya tentang keberadaan anak dan istrinya semua pihak rumah sakit yang menangani perawatan Peri tak ada satupun yang tak tahu perihal tersebut.
Ray dibuat bingung dengan keadaan tersebut. Begitu juga dengan penonton yang menyaksikan film ini. Film yang ditulis oleh Alan B. McElroy ini berhasil membawa penonton kepada kepingan cerita yang akhir ceritanya tak bisa ditebak akan seperti apa.
Apa yang terjadi pada Ray, ada apa di rumah sakit, siapa yang sakit, halusinasi atau nyata adalah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak saya ketika menonton Fractured.
Film yang berdurasi selama kurang lebih satu jam empat puluh menit ini memiliki plot twist. Beberapa baris dialog seperti menjadi petunjuk-petunjuk cerita sekaligus mengecoh penonton. Salah satu baris dialog tersebut diungkapkan oleh seorang psikiater:
The mind, it can sometimes create an alternative reality, a false reality, to shield itself from trauma from the things we fear from the horrors we can’t even imagine.”
Kalimat tersebut seperti menjadi puncak cerita Fractured, namun tidak demikian adanya.
Kata Fractured dalam cerita film ini bermakna untuk semua elemen cerita secara fisik dan mental. Meskipun konflik dan cerita yang disajikan dalam Fractured biasa saja, namun film ini diracik dengan sangat api dan menjadi menarik untuk ditonton.