Ratu Ilmu Hitam merupakan film horor yang diadaptasi dari film dengan judul yang sama pada tahun 1981, atau tepatnya film tersebut dimainkan oleh Suzanna sebagai pemeran utamanya.
Ratu Ilmu Hitam tayang di bioskop Indonesia pada 7 November 2019. Meskipun film ini merupakan film adaptasi dari film Ratu Ilmu Hitam tahun 1981, namun cerita film ini dibuat berbeda terkait dengan film lamanya.
Ratu Ilmu Hitam versi baru ini mengisahkan tentang tiga keluarga yang datang berkunjung ke sebuah panti asuhan dimana para suami dari ketiga keluarga tersebut, Hanif (Ario Bayyu), Anton (Tanta Ginting), dan Jefri (Miller Khan), dibesarkan. Mereka datang untuk memberi penghormatan terakhir kepada kepala panti, Bandi (Yayu Unru), yang sedang sakit parah dan kemungkinan hidupnya tak akan lama lagi.
Masalah dimulai pada saat Hanif menabrak sesuatu di jalan pada saat di perjalanan bersama istri, Nadya (Hannah Al Rashid), dan ketiga anaknya, Sandi (Ari Irham), Dina (Zarra JKT 48), dan Haqi (Muzakki Ramdhan), menuju panti asuhan.
Awalnya Hanif memastikan yang ia tabrak adalah seekor rusa, namun ketika ia melihat mobil depannya penyok dan terdapat darah serta beberapa helai rambut manusia, Hanif mendatangi kembali lokasi kejadian bersama Jefri. Bukan hanya rusa yang mati, namun sosok gadis ditemukan di lokasi kejadian. Dari kejadian tersebut teror bertubi-tubi menghantui ketiga keluarga tersebut.
Pada saat membaca judul film ini, yang ada di pikiran saya adalah horor yang berhubungan dengan ilmu hitam atau yang biasa disebut santet, namun ternyata cerita tersebut jauh dari perkiraan saya.
Misteri cerita yang disuguhkan dalam cerita yang ditulis oleh Joko Anwar ini cukup kuat, akan tetapi entah mengapa saya merasa antara cerita dan adegan horor tidak tersampaikan dengan baik alias tidak jelas.
Bukan cuma itu, ada satu adegan yang sangat saya sayangkan, yakni adegan menembak seorang anak kecil.
Cerita Ratu Ilmu Hitam tidak menyajikan adegan dengan penampakan sosok menyeramkan yang membuat efek jumpscare dan menegangkan, akan tetapi lebih kepada teror dan penyiksaan fisik yang sadis dan menjijikkan bagi saya.
Darah, kelabang, ulat bulu, dan senjata tajam menjadi bagian dari teror dan penyiksaan tersebut. Namun hal itu merupakan sesuatu yang baru saya lihat dalam film horor Indonesia. Efek-efek visual yang ditampilkan cukup baik, berhasil membuat penonton bergidik, membuat saya selalu menutup mata karena tak mampu melihat adegan-adegan tersebut.