Ground Zero merupakan buku yang ditulis oleh Agustinus Wibowo dalam versi bahasa Inggris. Sedangkan dalam versi bahasa Indonesia, buku ini berjudul Titik Nol.
Buku versi bahasa Inggris ini terbit pada tahun 2013 oleh Gramedia Pustaka Utama. Ground Zero berisi 555 halaman. Dan hampir tiap halamannya memiliki cerita dan informasi yang berharga. Tak sedikitpun saya merasa bosan ketika membaca buku ini atau ingin cepat-cepat menyelesaikannya.
Ground Zero mengisahkan tentang perjalanan penulis ke beberapa negara konflik yang ia ceritakan ketika ibunya dalam keadaan sedang sakit parah sepulangnya sang penulis ke tanah air.
Agama (keyakinan yang berbeda) dan rasis menjadi bagian utama yang diangkat ke dalam cerita Ground Zero. Selain dibawa ke tempat-tempat dan suasana dimana sang penulis singgah dengan detil dan emosional ketika ia menuliskan tentang keadaan sang ibu, pembaca juga dibawa ke tahun ’98 pada masa kerusuhan terbesar di Jakarta dengan melihat sisi orang Cina yang menjadi korban kerusuhan tersebut.
Banyak sekali kata-kata atau pun opini penulis yang saya suka atau setuju terkait dengan situasi yang diceritakan dalam buku ini, salah satunya adalah:
My encounters with religions have brought me to understanding that religion is about being humble, about being submissive to the Supreme Being. If praying makes a person humble before God, then indeed he must pray. But if this praying inflates his ego, makes him feel holy and more special than others in front of God, he must realise that his piety has in fact driven him further away from God.” (halaman 466)
If only all religious people would remember we’re all human beings and they themselves are still human beings, perhaps the world would be a better place.” (halaman 476)
Layakkah buku ini untuk dibaca meskipun sudah terbit 7 tahun lalu? Tentu sangat layak.
Di toko-toko buku, mungkin buku ini sudah tidak ada. Namun di toko online buku ini masih ada yang menjual dengan harga yang berbeda-beda.