Setelah 5 tahun keluarga Teman kecil Multilingual tak datang ke Indonesia karena pandemi covid-19 dan lain hal, tahun lalu (2022) (Masih) Teman Kecil Multilingual bersama keluarganya datang ke Indonesia. (Partner) Teman Kecil Multilingual usianya sudah 12 tahun dan perawakannya sudah tinggi besar. Ia duduk di bangku SMP dan pastinya ia sudah bisa menulis dan membaca bahasa Inggris dengan lancar karena ia masih bersekolah di sekolah internasional. Aksen Arabnya terdengar sangat kental ketika berbicara bahasa Inggris, dan ada satu bahasa lagi yang harus ia gunakan di sekolahnya selain bahasa Inggris, yakni bahasa Perancis.
Ali memiliki dua orang adik. Satu laki-laki berusia 7 tahun bernama Hamud kelas 3 SD dan satu perempuan berusia kurang dari 6 tahun bernama Fatimah yang masih duduk di sekolah Taman Kanak-kanak. Mengikuti jejak yang sama, kedua adik Ali mengenyam pendidikan di sekolah internasional. Keduanya bisa diajak bicara dalam bahasa Inggris, namun karena pandemi covid-19 yang melanda dunia selama 2 tahun, mereka harus belajar secara online, oleh karena itu keduanya belum bisa menulis dan membaca bacaan dalam bahasa Inggris karena waktu dan cara belajar yang kurang maksimal selama pandemi.
Waktu liburan sekolah mereka selama tiga bulan lebih. Selama itu juga mereka menghabiskan waktu di Indonesia. Seperti pada liburan sebelumnya, ayah mereka meminta saya untuk mengajar bahasa Inggris, terutama menulis dan membaca, sama hal nya ketika saya mengajarkan Ali di tahun-tahun sebelumnya.
Metode belajar yang kami lakukan masih sama, kami pergi ke tempat wisata dan menyisipkan waktu belajar untuk mereka. Hamud dan Fatimah memiliki karakter yang berbeda satu sama lain, baik dibandingkan dengan keduanya maupun dibandingkan dengan kakaknya, Ali.
Hamud terbilang anak yang super aktif. Di tiap perjalanan kami, selalu ada aksinya yang membuat jantungku berdetak lebih cepat karena geraknya yang super cepat dan tak suka menunggu sesuatu. Meskipun begitu, ia adalah anak yang manis dan cukup peka.
Meskipun usia Hamud masih 7 tahun, namun ia sudah duduk di bangku kelas 3 SD di sekolah internasional. Namun, oleh karena belajar secara online selama 2 tahun, pembendaharaan kosakata bahasa Inggrisnya masih belum banyak dan aksen bahasa Arabnya sangat kental. Di beberapa momen saya tak mampu menangkap dengan baik kata yang ia ungkapkan. Hamud nampak tak tertarik dengan sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan bahasa (berbicara, menulis, membaca dan mendengarkan), namun ia dengan sangat mudah mempraktikkan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan fisik dan hitungan.
Hal sebaliknya yang dimiliki oleh adiknya, Fatimah. Usianya belum menginjak enam tahun tapi bahasa Inggrisnya sangat lancar dan hampir tak ada aksen Arabnya, padahal ia belum bersekolah di sekolah Internasional. Banyak kata bahasa Inggris yang saya pikir ia tak tahu baik secara definisi maupun makna, namun ia paham hal itu. Bahkan ia tahu apa itu junk food. Di tiap perjalanan kami, ia selalu mengoceh dengan banyak kosakata bahasa Inggris yang ada di kepalanya. Hal itu membuat saya terkagum-kagum dan terus mencari tahu bagaimana ia melakukan itu.
Ibunya mengatakan bahwa Fatimah belajar bicara bahasa Inggris hanya dari menonton video yang berbahasa Inggris, sesekali mempraktikannya dengan ayahnya, dan ibunya sesekali membacakan cerita dari buku berbahasa Inggris. Selebihnya, mereka bicara dalam bahasa Arab dan tak ada bahasa Inggris yang mereka selipkan dalam tiap komunikasi meskipun ketiga anak tersebut bisa berbicara dan paham berinteraksi menggunakan bahasa Inggris.
Alasan Fatimah tidak disekolahkan di sekolah internasional untuk pendidikan kanak-kanaknya karena ayahnya ingin ia bisa berbicara bahasa Arab dengan baik dan lancar. Walaupun pada kenyataannya bahasa Inggrisnya lebih fasih daripada bahasa Arabnya. Tahun ini Fatimah sudah masuk ke sekolah dasar di sekolah internasional yang sama dengan kakak-kakaknya. Melalui cerita ibunya pada saya, guru bahasa Inggrisnya mengatakan bahwa Fatimah merupakan anak yang aktif bertanya banyak hal dan mampu menjelaskan apa yang gurunya ajarkan.
Setiap anak memiliki cara kerja otak yang berbeda. Otak kiri Fatimah bekerja dengan sangat maksimal dalam menyerap bahasa dan aksen. Dari sangat dini ia sudah mendengarkan dan menonton audio visual dalam bahasa Inggris. Meskipun bahasa sehari-hari yang digunakan di keluarganya adalah bahasa Arab, namun kemampuan bicara bahasa Inggrisnya jauh lebih baik. Sedangkan Hamud lebih banyak menggunakan otak kanannya.
Kami mengunjungi tempat wisata di daerah Jakarta (salah satunya Faunaland Ancol) dan Bekasi. Dalam tiap perjalanan mereka pergi bergantian, satu hari saya pergi dengan Fatimah, di hari yang lain saya pergi dengan Hamud, akan tetapi ke tempat wisata yang sama. Jadi, dalam seminggu saya bisa mengunjungi dua kali tempat wisata yang sama. Meskipun memiliki destinasi yang sama, namun tiap perjalanan memiliki cerita dan kesan yang berbeda. Selalu ada hal menarik yang bisa diceritakan dan mengambil sebuah pelajaran yang berharga dari setiap perjalanan.