Film Imam merupakan film drama Malaysia yang disutradarai dan ditulis oleh Mior Hashim Manap. Film ini diadaptasi dari karya agung sastrawan negara Malaysia Datuk Abdullah Hussain.
Film yang berdurasi selama kurang lebih satu jam empat puluh dua menit ini mengisahkan seorang Imam, Haji Mihad (M. Nasir), yang baru kembali lagi ke desanya, Kampung Anggerik Desa, setelah 10 tahun meninggalkan desanya.
Kedatangannya kembali membuat beberapa penduduk kampung senang, beberapa orang tidak senang karena mereka pikir Mihad hanya membawa ajaran yang tidak sesuai dengan syariat agama Islam. Beberapa diantara yang tak suka dengan Mihad adalah haji Shamsuri (Faizal Hussein), dan beberapa temannya. Shamsuri menganggap Mihad telah mengajarkan ajaran Islam yang salah, seperti memperbolehkan bernyanyi dan melakukan kegiatan di luar belajar Islam yang dilakukan di dalam masjid. Meskipun mereka sama-sama seorang haji dan belajar ilmu agama, mereka seperti memiliki kubu masing-masing dan menganggap yang satu betul dan yang satu salah, dan sebaliknya.
Cerita Imam menyuguhkan cerita yang sangat sedehana namun memiliki pesan yang kuat yang ingin disampaikan ke umat muslim.
Berlatar tahun 80an, isunya masih relevan untuk masa sekarang dimana masih ada pemuka atau tokoh agama yang radikal atau pun konservatif yang tak mau menerima perubahan dan pendapat orang lain. Dengan memiliki gelar keagamaan tertentu, ia merasa dialah yang paling benar dan harus diikuti.
Melalui sebuah dialognya, kisah ini memberi pesan bahwa Islam bukan hanya milik orang tua dan praktiknya tidak hanya dimiliki satu ras, bangsa, atau wilayah tertentu. Beberapa orang cepat menghukum, beberapa orang berasumsi bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar dan tidak mau membetulkan yang biasa dan membiasakan yang betul. Tidak bisa menerima yang bukan ia yakini dan menganggap orang lain salah.
Salah satu baris kalimat yang menarik,
Ilmu yang membentuk karakter atau pribadi kita. Dan kita bisa membedakan mana orang-orang yang dekat dan jauh dengan ilmu.” – Aisyah (istri haji Mihad)
Film Imam tidak diisi dengan aktor-aktor muda, namun saya lumayan menikmatinya karena film ini menyajikan beberapa sinematografi yang memiliki nilai estetika.