Brad’s Status (2017)

film Brad’s StatusĀ  disutradai dan ditulis oleh White Mike. Brad’s Status berlabel film drama komedi Amerika. Namun menonton film ini, dari awal sampai akhir, sama sekali tidak ada unsur komedi atau yang membuat saya tertawa apalagi terhibur. Justru Brad’s Status adalah film dengan cerita yang sangat serius. Kenapa saya katakan begitu? Karena sepanjang film ini cerita berpusat pada masalah-masalah yang dipikirkan oleh Brad dalam hidupnya (masalah yang hanya bergelayut di pikirannya).

 

Brad’s Status mengisahkan tentang Brad Sloan (Ben Stiller) berusia 47 tahun yang tak henti memikirkan tentang hidupnya yang sudah ia jalani maupun yang sama sekali belum ia jalani. Ia memiliki seorang istri, Melanie (Jenna Fischer), yang cantik, cerdas, dan baik, dan memiliki satu anak laki-laki, Troy (Austin Abrams), yang tampan dan memiliki bakat di bidang seni.

Melihat apa yang didapat dan dimilikiĀ  oleh beberapa teman sekolahnya seperti ketenaran dan kekayaan, hal tersebut membuat Brad memikirkan mengapa ia tidak seperti mereka. Brad hanya seorang yang bekerja di organisasi nirlaba (non-profit) yang tidak mendapatkan banyak uang dari pekerjaan tersebut. Membayangkan kehidupan teman-temannya yang nampak sukses membuat Brad gagal di mata orang lain, dikucilkan, dan merasa keluar daftar pertemanan teman-temannya.

Hidup Brad terus berjalan. Anak Brad, Troy, harus masuk kuliah. Sebagai ayah, pastinya ia ingin anaknya sukses dan meraih apa yang ia impikan. Keinginan Troy masuk ke Universitas Harvard sangat tinggi. Ia yakin akan menembus masuk ke Harvard atas bakat seninya. Namun masalah muncul ketika Troy lupa mengingat jadwal kapan ia harus melakukan wawancara. Jadwal wawancara sudah dilakukan hari sebelum ia datang ke Universitas Harvard dan tak bisa mengatur ulang jadwal tersebut karena kuota sudah penuh.

Brad dan Melanie mencari cara bagaimana supaya Troy memiliki kesempatan kedua untuk melakukan wawancara di Harvard. Mereka memikirkan seseorang yang dikenal yang bekerja di Harvard untuk membantu Troy mengatur ulang jadwal wawancara tersebut. Melanie menyebut nama Craig Fisher (Michael Sheen) yang pernah menjadi dosen tamu di universitas itu. Craig Fisher adalah satu teman Brad yang sukses sebagai penulis buku dan sering muncul di TV. Ia agak keberatan menghubungi Craig karena ia merasa gengsi dan merasa pernah memiliki sedikit masalah dengannya. Namun demi masa depan anaknya, Brad akhirnya menghubungi Craig. Lalu Troy berhasil masuk Harvard berkat bantuan Craig.

Masalah lain yang ada di pikiran Brad tidak berhenti sampai situ. Ketika ia bertemu dengan teman Troy, Ananya (Shazi Raja) dan Maya (Luisa Lee), yang masih muda belia, cantik, berbakat, dan memiliki idealisme menjalani hidup, membawa Brad kembali ke masa mudanya yang juga idealis. Ia berpikir andai ia tidak idealis, barangkali ia akan menjadi orang yang sukses dan kaya. Bahkan ia mengatakan, “Jangan bekerja di organisasi nirlaba. Dan carilah uang sebanyak-banyaknya,” ketika Ananya meminta nasehat pada Brad pada saat ia dan teman-temannya sedang melakukan meeting di suatu kafe.

Dari masalah-masalah yang hanya ada di pikiran Brad, cerita Brad’s Status lebih kepada genre drama psikologikal. Semua masalah itu hanya ada di pikirannya. Pikiran-pikiran yang menghabiskan waktunya dan menghancurkan hidupnya. Bahkan Brad juga membayangkan masa depan yang belum terjadi. Di akhir cerita, semua yang dipikirkan oleh Brad tentang kesuksesan dan kekayaan teman-temannya ternyata tidak seindah dengan apa yang ia bayangkan. Semua yang ia pikirkan dan bayangkan ternyata salah.

Intinya, kisah Brad’s status mengingatkan kita tentang arti

bersyukur dan tidak membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain yang nampak lebih daripada kehidupan yang sudah kita dapatkan.”

Seperti kata Ananya ketika Brad mulai nampak tak menikmati hidup yang sudah ia jalani, sementara di India (tempat asal Ananya) masih banyak orang miskin dan anak-anak yang kelaparan. Dengan tegas Ananya mengatakan pada Brad:

You have enough.”

Yang akhirnya, banyak peristiwa dan kata yang membuat Brad sadar dan mengatakan:

I’m alive.”

Nilai: 3/5

Leave a Reply

Next Post

Chappie (2015)

Fri Jan 5 , 2018
Robot-robot polisi diciptakan di salah satu kota yang ada di Afrika Selatan. Di kota ini setiap harinya terjadi 300 pembunuhan dan kekerasan yang tentunya memakan banyak korban. Untuk mengurangi banyak korban, maka diciptakanlah robot-robot yang dilatih menjadi polisi untuk membasmi kejahatan yang terjadi di kota. Tetravaal, perusahan yang merakit dan […]

Kamu mungkin suka